Treehotel, Swedia
4:37 PM
Hotel ini terinspirasi
dari mengenang mimpi masa kecil, yang ingin
memiliki rumah yang berada tinggi di atas pohon, pasangan pengusaha Kent Lindvall dan Britta Jonsson-Lindvall berupaya
mewujudkan mimpi tersebut dengan membangun hotel yang kamar-kamarnya mencuat di
antara pepohonan. Konsep yang diharapkan mampu membawa semua tamu yang
berkunjung ke hotel tersebut untuk dapat merasakan hidup berdampingan secara
harmonis dengan alam.
Hotel berlokasi di Harads, sebuah desa kecil
berpenduduk hanya sekitar 600 orang, yang dikelilingi hutan dengan pohon-pohon
tinggi menjulang berusia ratusan tahun. Hutan dimana Tree Hotel, dibangun juga
merupakan salah satu kawasan hutan yang sangat indah di Swedia, masyarakat
lokal menyebutnya sebagai "The
Pearl of Swedish Forests". Kehadiran Sungai Lulea di tepi hutan
menggenapi keindahan hutan ini.
Tree Hotel terdiri dari kabin-kabin yang
terpisah-pisah, masing-masing berada pada pohon yang berbeda-beda. Pemiliknya
merencanakan akan membangun 24 kabin yang akan dirancang oleh 24 arsitek yang
berbeda pula. "Hal ini kami lakukan untuk menjaga keunikan tiap kabin,
sehingga tidak ada kabin yang serupa dan kami yakin bahwa tiap desain hanya
akan dibuat satu oleh si arsitek tidak ada duplikatnya di seluruh dunia,"
demikian ujar Kent Lindvall.
Setiap kabin dirancang untuk ditempati oleh 2
hingga 4 orang, dilengkapi ruang tidur, ruang duduk, pantry dan kamar mandi.
View dari dalam kabin sangat indah, bukan hanya karena keindahan lanskapnya,
posisi kamar-kamar hotel yang menjulang di antara pepohonan membuat pemandangan
di luar menjadi semakin menakjubkan.
"Dari dalam kamar kita bisa melihat
burung, rusa, kijang, atau kalau sangat beruntung mungkin bisa juga melihat
beruang," demikian disampaikan oleh Manajer Marketing Tree Hotel, Annette Selberg.
Hingga saat ini baru 5 kabin yang sudah siap
pakai dan dibuka untuk umum. Sisanya akan dibuat secara bertahap dalam tempo 5
tahun. Masing-masing kabin diberi nama yang unik pula oleh arsiteknya.
Misalnya Mirrorcube, sesuai
namanya kabin ini berbentuk kubus yang kulit luarnya adalah kaca cermin.
"Kami ingin membuat seolah-olah kabin ini tidak terlihat atau sangat
menyatu dengan lingkungannya, karena cermin yang menutupinya merefleksikan
seluruh lingkungan di sekelilingnya," ujar Kent Lindvall.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan terhadap
burung yang terbang melintasi Mirrorcube, cermin di bagian luar dilapisi dengan
lapisan infrared yang hanya dapat terlihat oleh burung. Mirrorcube dibentuk
dari struktur rangka alumunium ringan yang digantung pada sebatang pohon yang
tepat berada di tengah-tengah kubus berukuran 4x4x4 meter ini.
Mirrorcube dirancang oleh arsitek Bolla Thama dan Martin Videgaard, struktur kubus
ini dikaitkan ke sebatang pohon dengan menggunakan sistem gelang logam yang
dapat diubah ukuran/diameternya agar dapat disesuaikan dengan pertumbuhan
diameter kayu yang ditumpanginya.
Lalu ada juga Blue Cone, yang
awalnya dirancang berwarna biru namun pada tahap konstruksi si arsitek berubah
pikiran dan memutuskan mengganti warna kabin ini menjadi merah karena dianggap
akan lebih mencolok berada di lingkungan sekitarnya.
Selain itu ada juga UFO, kabin
berbentuk kapsul yang inspirasinya dari citra UFO (Unidentified Flying Object), dan sebuah kabin lain yang diberi
nama "The Cabin", yang dirancang oleh firma
arsitektur Cyrene & Cyrene.
Ada pula The
Dragonfly, yang merupakan ruangan terbesar dan dapat digunakan pula sebagai
tempat konferensi. The Dragonfly, dilengkapi ruang konferensi dengan 12 kursi
dan fasilitas toilet dan Wi-Fi.
Setiap kabin memiliki jalur akses yang
berbeda yang dirancang seminimal mungkin agar tidak mengganggu lingkungan
hutan.
The Nest misalnya, dapat dimasuki melalui
tangga lipat elektronik yang diaktifkan dengan menggunakan tombol.
Sedangkan Mirrorcube, diakses dengan
menggunakan jembatan gantung yang terbuat dari kayu dengan sistem kabel.
"Kami mengupayakan sesedikit mungkin
gangguan terhadap habitat alami hutan ini selama proses konstruksi
berlangsung," ujar Britta,
pemilik projek.
Konsep gangguan minimal terhadap habitat
alami hutan juga diterapkan dalam operasional hotel. Pihak manajemen hotel
berencana akan melayani paket tour berjalan kaki di area hutan di mana Tree
Hotel berada, hal ini berbeda dengan konsep yang disuguhkan hotel lain yang
berada di sekitar wilayah tersebut yang umumnya memberikan paket tour safari
menggunakan kendaraan bermotor.
Yang dilakukan oleh Kent Lindvall dan Britta
Jonsson-Lindvall dapat dijadikan inspirasi bagi upaya-upaya lain untuk
"berdamai" dengan alam. Pasangan ini telah mencontohkan bahkan
pembangunan yang bersifat komersial pun tidak berarti harus merusak habitat
alami lingkungan sekitarnya, tujuan komersial masih dapat dicapai dengan cara
menyesuaikan diri dengan alam.
Hotel ini akan dikelolah oleh grup perusahaan
hotel Brittas Pensionat yang juga memiliki bisnis serupa di wilayah itu.
resource: http://treehotel.se/
0 comments